Semuanya berubah semenjak aku hamil dan menjadi ibu. Mau
ngga mau ya aku harus terbiasa dengan jarum suntik khususnya saat vaksin karena
itu adalah bagian dari ikhtiar mencegah berbagai penyebaran virus dan penyakit
berbahaya. Hampir setiap bulan aku berhadapan dengan jarum suntik karena baby
ku rutin diberikan vaksin sehingga perasaan takut akan jarum suntik pun
perlahan menghilang. Lagipula setelah aku pikir-pikir lagi, kenapa harus takut
pada jarum ya? Toh rasa sakitnya hanya sebentar, sementara manfaatnya bisa
bertahun-tahun lho seperti vaksin yang disuntikkan melalui jarum.
Oh iya berbicara tentang vaksin, pengertiannya sendiri
adalah zat atau senyawa yang berfungsi
untuk membentuk daya tahan tubuh. Vaksin dapat merangsang tubuh agar
menghasilkan antibodi yang dapat melawan kuman penyebab infeksi (sumber: alodokter). Saat ini di Indonesia sudah banyak sekali jenis vaksin yang
bisa kita dapatkan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun
klinik-klinik khusus vaksin.
Adapun manfaat vaksin sendiri, antara lain:
- Mencegah penyebaran penyakit.Tidak hanya melindungi tubuh dari serangan penyakit serius, pemberian vaksin juga dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.
- Melindungi dari risiko kematian dan cacat. Pemberian vaksin terbukti dapat menurunkan risiko seseorang terkena berbagai penyakit yang dapat mengakibatkan kematian maupun kecacatan. Misalnya, pemberian vaksin cacar pada anak-anak dapat membantu mencegah mereka terjangkit cacar di kemudian hari.
- Menghemat waktu dan biaya. Pemberian vaksin merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling murah karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat suatu penyakit.
Dari sekian banyak vaksin yang sudah beredar di Indonesia,
ada salah satu vaksin yang baru-baru ini mencuri perhatianku yaitu vaksin demam
berdarah dengue (DBD). Seperti yang kita tau, lonjakan angka penderita DBD
meningkat akhir-akhir ini. Bahkan data terbaru melaporkan pada minggu ke-8
tahun 2024, ada 15.977 kasus dan 124 kematian. (sumber: P2PM
Kemenkes).
Sebagai orang tua tentunya aku tidak ingin anakku terkena
virus DBD, mengingat ini adalah salah satu penyakit yang cukup serius dan bisa
berakibat fatal jika tidak ditangani dengan langkah yang tepat. Bahkan DBD yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dapat menyerang rentang usia berapapun tanpa memandang lokasi
maupun gaya hidup serta bisa terjadi berulang.
Kita semua sudah tahu bahwa sejak dulu pemerintah
menggencarkan gerakan 3M yaitu; menguras, menutup dan mengubur serta mendaur
ulang. Tapi ternyata 3M saja tidak cukup sehingga ada tambahan “Plus” menjadi
“3M Plus” yaitu:
● Menguras, merupakan kegiatan
membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak
mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya.
● Menutup, merupakan kegiatan menutup
rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum.
● Memanfaatkan kembali limbah barang
bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan untuk
memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Plus-nya
adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:
●
Memelihara ikan pemakan jentik
nyamuk
●
Menggunakan obat anti nyamuk
●
Memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi
●
Gotong Royong membersihkan
lingkungan
●
Periksa tempat-tempat penampungan
air
●
Meletakkan pakaian bekas pakai dalam
wadah tertutup
●
Memberikan larvasida pada
penampungan air yang susah dikuras
●
Memperbaiki saluran dan talang air
yang tidak lancar
●
Menanam tanaman pengusir nyamuk
Selain hal tersebut di atas, terdapat juga upaya
memaksimalkan pencegahan penularan virus DBD yaitu dengan vaksin. Pemberian
vaksin DBD juga bisa mencegah infeksi virus dengue yang parah atau munculnya
gejala yang berakibat fatal karena sampai saat ini belum ada pengobatan khusus
untuk demam berdarah dengue.
Selain mencegah demam berdarah dengan gejala yang parah,
vaksin DBD juga menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat demam berdarah,
serta dikatakan dapat mengurangi perlunya rawat inap dan lamanya rawat inap di
rumah sakit akibat DBD.
Alhamdulillah beberapa waktu lalu aku diundang hadir ke
acara Talkshow #Ayo3mplusVaksinDBD dan Buka Bersama dalam rangka untuk terus
memberikan edukasi mengenai bahaya DBD. Acara ini juga sebagai momen
untuk melihat kembali pencapaian bersama dari Kementerian Kesehatan dan Takeda
terkait dengan DBD, serta menyemarakkan momentum bulan Ramadhan. Bersama dengan
rekan-rekan blogger dan media kami berbincang seputar #Ayo3mplusVaksinDBD
dalam ruang diskusi serta ditutup dengan buka bersama dan silaturahmi.
“Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat
krusial dalam pengendalian kasus DBD di Indonesia. Sampai dengan minggu ke-11
tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian. Di
bulan Maret ini saja, beberapa daerah sudah menetapkan KLB, seperti Jepara,
Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo. Oleh karena itu,
pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus, dan
termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin
DBD.” yang disampaikan oleh Dr Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular yang turut hadir di acara tersebut.
Untuk bersama-sama menuju nol kematian akibat dengue di
tahun 2030, seluruh lapisan masyarakat harus saling bersinergi dan
menggencarkan #Ayo3mplusVaksinDBD. Adapun informasi lebih lanjut seputar hal
ini bisa diakses di website Cegah DBD.
0 komentar