Bahaya Menjadi Narsis di Era Media Sosial

By katatian - November 01, 2024

Courtesy: unsplash.com / Adrian Swancar / a_d_s_w

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena narsisme di Indonesia semakin mencolok, terutama di kalangan generasi muda yang aktif di media sosial. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu perilaku narsistik¹, di mana individu cenderung mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain.

Hal ini terlihat dari banyaknya unggahan yang berfokus pada pencitraan diri, hingga meningkatnya tekanan untuk tampil sempurna di dunia maya. Dengan semakin populernya platform seperti Instagram dan TikTok, tantangan untuk menjaga kesehatan mental dan hubungan sosial menjadi semakin penting.

Narsis Artinya?

Definisi narsistik atau biasa dikenal dengan sebutan narsis ini secara sederhana adalah sikap yang terlalu mencintai diri sendiri. Dalam penggunaan media sosial, narsis ini bisa berarti berlebihan dalam membagikan kehidupan pribadi (over sharing), mencari pengakuan dari orang lain, atau bahkan merasa tidak puas jika foto kita tidak mendapatkan banyak "likes".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Narsisitik adalah kepedulian yang berlebihan pada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois²

Kenapa Kita Harus Waspada Terhadap Perilaku Narsistik?

1. Perasaan Haus Akan Pengakuan

Satu hal yang sering terjadi adalah kecanduan untuk mendapatkan perhatian. Saat kita unggah foto dan mendapatkan banyak likes, rasanya puas banget, kan? Namun, saat tidak mendapatkan respons yang diharapkan, kita bisa merasa down, seolah seluruh orang di dunia tak ada yang mencintai kita. Ini bisa berdampak pada kepercayaan diri kita dan membuat kita terus mencari pengakuan dari orang lain.

2. Perbandingan yang Tidak Sehat

Media sosial seringkali membuat kita membandingkan diri dengan orang lain. Melihat teman atau influencer dengan kehidupan yang tampak sempurna bisa membuat kita merasa tidak cukup baik. Padahal, apa yang kita lihat di layar hanyalah sebagian kecil dari kenyataan. Ini bisa menyebabkan stres dan rasa rendah diri yang tidak perlu.

3. Mengabaikan Hubungan dalam Kehidupan Nyata

Saat terlalu fokus pada media sosial, kita bisa kehilangan momen berharga dalam hubungan dalam kehidupan sebenarnya. Kita lebih sering menghabiskan waktu dengan layar daripada berinteraksi langsung dengan teman atau keluarga. Semestinya hubungan yang baik harus dibangun dari komunikasi yang tulus, bukan hanya melalui postingan di media sosial

4. Krisis Identitas

Sering kali, kita terjebak dalam pencitraan diri yang ingin ditampilkan di media sosial. Kita bisa kehilangan siapa kita yang sebenarnya, hanya demi mendapatkan pengakuan orang lain. Hal ini bisa membingungkan dan membuat kita merasa kosong ketika tidak ada yang melihat atau mengomentari postingan kita.

Jadi, Harus Bagaimana?

  1. Tetapkan Batasan: Cobalah untuk tidak terlalu sering menghabiskan waktu di media sosial, dengan cara membuat jadwal rutinitas agar aktivitas sehari-hari menjadi lebih teratur.

  2. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas: Pilih momen-momen penting untuk dibagikan. Tidak perlu posting yang tidak perlu

  3. Teruslah Berkreasi, Skip Mendang-mending: Gunakan media sosial sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, bukan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik.

  4. Hargai Interaksi dalam Dunia Nyata: Luangkan waktu untuk bertemu dan berbicara dengan orang-orang terdekatmu; saudara, teman, sahabat, tetangga, atau keluarga. Ini jauh lebih berharga daripada sekadar jumlah likes di postingan media sosial.

Saat ini media sosial bisa menjadi alat yang menyenangkan dan bermanfaat jika digunakan dengan bijak. Mari kita ingat untuk tidak terjebak dalam dunia narsis yang bisa merugikan diri sendiri. Setiap orang memiliki nilai, dan ridak harus tergantung pada banyaknya likes atau followers. Yuk manfaatkan media sosial dengan cara yang positif dan tetap hargai diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita

Boleh Eksis, tapi Jangan Narsis — www.katatian.com

* * *

¹ Umul Sakinah dkk, Jurnal: “Fenomena Narsistik di Media Sosial Sebagai Bentuk Pengakuan Diri” (Fenomena Narsistik di Media Sosial Sebagai Bentuk Pengakuan Diri | Sakinah | Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, diakses pada 01/11/2024 , 1:13)

² KBBI, “narsistik, (Hasil Pencarian - KBBI VI Daringdiakses pada 01/11/2024 , 0:50)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar